Monday, June 1, 2020

AKTIVITAS OBAT ANALGETIKA (PADA HEWAN PERCOBAAN)

I. Dasar Teori

Obat analgetik atau analgetika adalah obat yang dapat menghilangkan atau mengurangi rasa sakit. Berbeda dengan obat anastetik atau anastetika, analgetika tidak mempunyai atau sedikit pengaruhnya terhadap sensasi yang lain selain rasa sakit. Sebab-sebab rasa nyeri ada;ah rangsangan-rangsangan mekanis, kimiawi, listrik dan panas, yang dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator-mediator nyeri antara lain histamin, serotonin (5-HT), bradikinin, dan prostaglandin. Zat-zat ini merangsang reseptor-reseptor nyeri yang terletak pada ujung-ujung saraf nyeri di kulit, selaput lender dan jaringan-jaringan lain. Rangsangan nyeri diteruskan melalui saraf-saraf sensorik ke SSP melalui sumsum tulang belakang ke thalamus dan kemudian ke pusat nyeri. Pada garis besarnya analgetika dapat digolongkan ke dalam 2 golongan besar yaitu analgetika opiois dan non opioid.

Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat seperti opium. Opium yang berasal dari getah Papaver somniverum mengandung sekitar 20 jenis alkaloid diantaranya morfin, kodein, tebain dan papaverin. Analgesic opioid terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Alkalioid opioid menimbulkan analgesia melalui kerjanya di daerah otak yang mengandung peptide yang memiliki sifat farmakologik menyerupai opioid. Ada 3 jenis utama reseptor opioid yaitu mu (µ), delta (δ), dan kappa (κ).

Analgetika non opioid terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgetika antiradang termasuk dalam golongan ini. Secara kimiawi, analgetika perifer dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yakni:

  • Paracetamol

  • Salisilat: asetosal, salisilamida, dan benorilat

  • Penghambat Prostaglandin (NSAIDs): ibuprofen

  • Derivate antranilat: mefenaminat, glaferin

  • Derivate pirazolinon: propifenazon, isopropilaminofenazon dan metamizol

  • Lainnya: benzidamin (Tantum)

Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis dan atau antiradang.


II. Bahan dan Alat

Hewan Percobaan :

Tikus jantan galur wistar (metode plantar test)

Mencit jantan galur swiss Webster (metode writhing test) → untuk demo

Obat yang digunakan :

  • Larutan Antalgin dosis 250, 500 mg/70kgbb

  • Larutan Kodein fosfat 0,2% dosis 15, 30 mg/70kgbb

Bahan induksi nyeri metode Writhing test:

Larutan asam asetat 0,60%, dosis 10 ml/kgbb, rute : i.p

Alat yang digunakan :

  • Alat suntik 1 ml

  • Jarum suntik

  • Basile plantar test

  • Timbangan

Perhitungan dosis:

Dosis : 500 mg/70 kgBB

Konsentrasi : 50%

Cara perhitungan :

  • Berat tikus = 170 gram

Konversi = 0,018 x 500 mg = 9 mg

9 mg – 200 gram

y mg – 170 gram

y = 7.65 mg


Dosis = 500 mg – 1 ml

7,65 mg – x

x = 0,0153 ml

  • Pengenceran:

0,0153 x 0,2 → pengenceran 4 kali

0,05

Volume yang diberikan = 0,0153 x 4 = 0,0612 ml = 0,06 ml

  • Preparasi:

0,05 ml obat antalgin + aquadest ad 0,2 ml

              

0,06 ml untuk disuntikkan


  1. Skema Kerja Praktikum

  • Metode Plantar tes (plat panas)


  1. Hasil Praktikum

kelompok

tikus

Respon time menit ke-


15’

30’

45’

60’


ka

ki

Rata2

ka

ki

Rata2

ka

ki

Rata2

ka

ki

Rata2


Normal

1

2,4

2,5

2,45

3,0

2,7

2,85

1,8

2

1,9

2,3

2,5

2,4


Antalgin 250mg/ 70kgBB

2

2,0

3,4

2,7

1,7

4,3

3

1,4

3

2,2

1,2

1,8

1,5


Antalgin 500mg/ 70kgBB

3

2,1

2,8

2,45

2,3

2,1

2,2

1,2

1,8

1,5

2,8

3,3

3,05


Kodein 15mg/ 70kgBB

4

2,5

2,0

2,25

1,9

3,5

2,7

2,1

2,7

2,4

2,0

1,3

1,65


Kodein 30mg/ kgBB

5

4,1

2,6

3,35

1

3,7

2,35

3,6

2,2

2,9

2,2

4,5

3,35



  1. Pembahasan

Rasa nyeri merupakan salah satu sistem yang fungsinya untuk melindungi dan memberi tanda bahaya tentang adanya gangguan dalam tubuh, seperti peradangan, infeksi virus, kejang otot. Pada keadaan ini obat analgesik sering digunakan terutama untuk mengurangi rasa sakit misalnya sakit kepala, gigi, dan nyeri otot.

Hasil percobaan ini memperlihatkan bahwa tikus yang dirangsang dengan plat panas sebagai stimulus nyeri memberikan respon rasa nyeri dalam bentuk reaksi mengangkat atau menjilat telapak kaki depan, atau meloncat. Pada pengamatan menit ke 15, 30, 45, dan 60 menunjukkan bahwa pemberian obat antalgin dosis 250mg/70kgBB, 500mg/70kgBB serta obat kodein dosis 15mg/70kgBB, 30mg/kgBB dapat menghambat respon rasa nyeri pada tikus yang dirangsang dengan plat panas. hasil rata-rata dari masing-masing tikus kelompok perlakuan dan kelompok negative dapat dilihat pada tabel hasil. pada tabel hasil kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok negative menunjukkan bahwa obat antalgin pada dosis 250 dan 500mg/70kgBB serta obat codein 15 dan 30mg/70kgBB mengandung senyawa aktif yang berkhasiat sebagai analgesik namun jika obat dibandingkan dengan codein, obat antalgin tidak cukup untuk menghambat respon rasa nyeri pada tikus yang dirangsang dengan plat panas karena antalgin tidak bekerja secara sentral pada sistem saraf pusat seperti golongan analgesik kuat yaitu analgesik narkotik (codein). Telah dilaporkan bahwa respon rasa nyeri akibat rangsangan dengan plat panas ini digunakan untuk mengetahui cara kerja dari obat analgesik yang bekerja secara sentral.


  1. Daftar Pustaka

  1. Wiria, S.S. dan Tony Handoko., 2005, Sedatif-Hipnotika, dalam: Farmakologi dan Terapi, 5 ed, Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

  2. Kresnamurti, A., 2013, Buku Petunjuk Praktikum Farmakologi Toksikologi, Surabaya, UNIKA Widya Mandala

  3. http://september.ucoz.com/farmakologi/Analgetik.pdf

  4. http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id/bptpi/lengkap/IPTANA/fullteks/Obatalami/Pros81.pdf

  5. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/03%20vol%207%20april%202008%20%2816-22%29.pdf

  6. zakaria MNM, Islam MW, Radhakhrisnan R, Chen HB, Kamil M, and Al-gifri AN. 2001. Antinociceptive and antiinflammatory of Caralluma arabica, JE thnopharmacol; 76: 155-8