Sunday, May 31, 2020

NASAL GEL (MUKOAHESIF)

Sediaan nasal gel In Situ

Daerah nasal dalam rongga hidung merupakan rute yang menarik untuk dijadikan sarana pengiriman obat secara sistemik. Rute pengiriman obat melalui nasal ini melibatkan pemberian obat yang diinginkan melalui lapisan nasal membran mukosa rongga hidung. Metabolisme efek lintas pertama dan degradasi obat di daerah gastrointestinal dapat dihindari melalui rute pemberian obat nasal ini. Penggunaan melalui hidung merupakan rute pemberian untuk obat dengan mula kerja obat cepat, absorpsi obat tinggi dengan berat molekul kecil, bioavailabilitas relatif tinggi, menghindari efek lintas pertama dan memudahkan untuk digunakan oleh pasien (Osth et al., 2002). Obat diserap melalui mukosa nasal terutama melalui difusi pasif ke dalam membran mukosa nasal. Setelah itu, obat tersebut diangkut melalui pembuluh darah pada hidung yang kemudian mengalir ke sirkulasi umum melalui anterior and inferior turbinate sehingga obat terbebas dari metabolisme efek lintas pertama di hati (Dhingra, 2007). Pemberian obat melaui nasal memerlukan polimer mukoadhesif yang sesuai dan ideal sehingga dapat menempel dalam jangka waktu yang signifikan.

Keuntungan sediaan nasal yaitu: (1) mudah penggunaannya hanya dengan disemprotkan tanpa melukai pasien; (2) penetrasi melalui mukosa hidung obat baik terutama hidrofobik dan berat molekul rendah; (3) absorpsi cepat dan mula kerja cepat karena luas permukaan besar serta vaskularisasi tinggi sehingga pemberian obat melalui hidung lebih efektif dalam terapi darurat misalnya: nyeri, asma, serangan jantung, kejang epilepsi, mual, muntah daripada rute pemberiaan parenteral; (4) menghindari kondisi lingkungan di saluran pencernaan (degradasi enzimatik obat-obatan); (5) menghindari efek lintas pertama di hati serta pontensi pengurangan dosis obat dibandingkan pemberian secara peroral; (6) potensi untuk pengiriman langsung dari obat ke sistem saraf pusat melalui daerah penciuman (Kisan et al., 2007).

Pada sediaan nasal gel itu sendiri harus memenuhi berbagai macam persyaratan diantaranya yaitu: (1) saat pemberian dilakukan pada pH tubuh dapat mengembang membentuk gel; (2) menempel pada membran mukosa hidung akan memberikan efek lokal dan sistemik; (3) polimer serta obat yang digunakan mempunyai waktu pelepasan yang singkat (Nandgude et al., 2008)..

Mukosa Hidung

Clearance mukosiliar adalah fungsi pertahanan non spesifik dan penghalang penyerapan obat. Lapisan mukosa mempunyai tebal 5-20 µm. Lapisan mukosa sebagian besar terdiri dari air yang mengandung glikoprotein, ion dan protein lain yang berbeda seperti enzim dan imunoglobulin. Glikoprotein menghasilkan lendir yang kental sehingga menyebabkan partikel asing menjadi terperangkap lalu dibersihkan pada saluran pencernaan dan akhirnya dieliminasi dari tubuh (Aulton, 2002).

Lamina propria terletak di bawah epitel yang merupakan tempat di mana pembuluh darah, saraf, dan sekresi kelenjar lendir ditemukan. Lamina propria juga merupakan tempat suplai darah sehingga terjadi proses penyerapan obat. Epitel rongga hidung diselimuti oleh lapisan lendir yang diperbaharui setiap 10-15 menit. Sekresi mukosa hidung mempunyai pH 5,5-6,5. Pada orang dewasa pH 5 sedangkan pada anak-anak pH 6,7 (Hehar et al., 1999).

Mukosa hidung terletak di dalam rongga hidung (kavum nasi). Luas permukaan kavum nasi sekitar 150 cm2 dan total volumenya sekitar 15 mL. Permukaan kavum nasi dan sinus paranasal dilapisi oleh mukosa yang berkesinambungan dengan berbagai sifat dan ketebalan. Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagi atas dua tipe yaitu mukosa hidung (mukosa olfaktorius) dan sebagian besar mukosa pernafasan (mukosa respiratori). Mukosa olfaktorius terdapat pada permukaan atas konka superior dan dibawahnya terletak mukosa respiratorius. Lapisan mukosa respiratorius terdiri atas epitel, membran basalis dan lamina propia (Soetjipto dan Wardani, 2007).

Pada membran mukosa juga ditemukan sel neurosekretori dan beberapa macam sel seperti makrofag dan leukosit. Terlihat juga kelenjar mukosa yang masuk ke dalam jaringan ikat. Kelenjar ini memproduksi cairan mukos dan serosa dibawah kontrol saraf parasimpatis (Ballenger, 1994).

Nasal gel dibuat spray berbentuk cair tetapi berubah menjadi gel karena perubahan pH pada hidung setelah dilakukan penyemprotan. Polimer yang digunakan untuk bioadhesif sistem penghantaran obat harus mempunyai karakteristik yang ideal seperti: tidak toksik, tidak iritan, kuat sebagai adhesif, stabil dan murah. Salah satu polimer yang digunakan dalam bentuk sediaan gel untuk rute pengiriman obat melalui nasal adalah carbopol. Keuntungan Carbopol adalah peka terhadap perubahan pH, mudah membentuk gel serta mudah pelepasan obatnya (Gaikwad, 2010).


Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan obat melalui nasal ada 6 yaitu:

a. Lipofilisitas

Obat lipofilik meningkatkan permeasi di mukosa hidung. Meskipun mukosa hidung memiliki beberapa karakter hidrofilik ini merupakan penghalang dalam fungsi membran (Kisan et al., 2007).

b. Struktur kimia

Bentuk struktur kimia dari obat menjadi penting dalam menentukan penyerapan. Misalnya: konversi obat ke bentuk garam atau ester dapat mengubah penyerapan dengan mempelajari pengaruh modifikasi struktur kimia pada penyerapan obat (Kisan et al., 2007).

c. Polimorfisme

Polimorfisme diketahui mempengaruhi laju disolusi dan kelarutan obat sehingga dapat menembus membran. Oleh karena itu, disarankan untuk mempelajari polimorfik stabilitas dan kemurniaan obat untuk serbuk hidung dan suspensi (Kisan et al., 2007).

d. Berat molekul

Absorpsi nasal menurun tajam pada molekul obat dengan bobot molekul lebih dari 1000 dalton dan absorpsi nasal menurun dengan perlahan ketika bobot molekul lebih dari 400 dalton (Kisan et al., 2007).

e. Koefisien partisi dan pKa

Koefisien partisi merupakan faktor utama dalam mengatur penyerapan hidung dan didukung transportasi jalur obat hidrofilik (Kisan et al., 2007).

f. Kelarutan

Kelarutan dan tingkat disolusi merupakan faktor utama dalam penyerapan obat melalui nasal. Jika obat tidak terlarut dengan sempurna maka proses penyerapan tidak berlangsung (Kisan et al., 2007).


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Formulasi Obat Melalui Nasal

a. pH dan iritasi mukosa

Formulasi obat pada hidung dapat mempengaruhi permeasi dan mengurangi iritasi hidung sehingga harus disesuaikan dengan pH hidung yaitu 4,5-6,5 untuk mencegah pertumbuhan bakteri (Arora et al., 2002).


b. Viskositas

Formulasi dengan viskositas yang lebih tinggi dapat menaikkan waktu kontak obat dengan mukosa hidung sehingga meningkatkan waktu untuk permeasi. Pada viskositas yang kental dapat mengganggu fungsi normal dari siliari dan dengan demikian mengubah permeabilitas obat (Kisan et al., 2007).


DAFTAR PUSTAKA


Arora, P, S. Sharma, and S. Garg, 2002, Permeability Issues in Nasal Drug Delivery, Drug Discov Today, 7(18), 967-975.

Aulton, M.E, 2002, Pharmaceutics the Science of Dosage from Design, Churchill livingstone, New York, 491.

Ballenger, J. J., 1994. Aplikasi Klinis Anatomi dan Fisiologi Hidung dan Sinus Paranasal dalam Penyakit Telinga Hidung, Tenggorokan, Kepala, dan Leher. ed. 13, Binarupa Aksara, Jakarta, 1-25.

Dhingra, P.L., 2007, Disease of Pharynx Disease of Ear, Nose and Throat, 4th ed., Elsevier, New Delhi, 223-235.

Gaikwad, V, 2010, Formulation and Evaluation of In-Situ Gel of Metoprolol Tartrate for Nasal Delivery, Journal of Pharmacy Research, 3(4), 788-93.

Hehar, S.S, J.D. Mason, and A.B. Stephen, 1999, Twenty Four Hour Ambulatory Nasal pH Monitoring, Clin Otolaryngol, 24, 24-25.

Kisan, R.J, N.G. Manoj, M.S. Ishaque, J.K. Vilarsrao, and S.P. Sambjahi, 2007, Nasal Drug Delivery System Factors Affecting and Application, Current Drug Therapy, 2, 27-38.

Nandgude, T., R. Thube, N. Jaiswal, P. Deshmukh, V. Chatap, and N. Hire, 2008, Formulation and Evaluation of pH Induced In-situ Nasal Gel of Salbutamol Sulphate, International Journal of Pharmaceutical Sciences and Nanotechnology, vol 1 (2), 177-182.

Soetjipto, D., dan R.S. Wardani, 2007, Hidung, dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala, dan Leher, ed. 6, FK UI, Jakarta, 118-122.

Osth, K., M. Paulsson, G. Bjork and K. Edsman, 2002, Evaluation of Drug Release from Gels on Pig Nasal Mucosa in a Horizontal using Chamber, Journal Control Relevant., 83, 377-388.